Salah satu pertanyaan yang sering saya terima dari teman-teman adalah bagaimana cara memilih sekolah dasar yang tepat untuk anak mereka. Memilih sekolah dasar memang bukan perkara yang mudah melihat banyaknya pilihan yang ada. Beberapa teman mempersiapkan hal ini dari jauh-jauh hari. Bahkan, apa pula yang melakukan riset tentang sekolah dasar impian sejak sang anak lahir baru lahir.
Buat saya, penting melakukan riset tentang sekolah dari jauh-jauh hari. Memilih sekolah dasar bukan perkara sembarangan. Pasalnya, ada banyak faktor yang mesti dipertimbangkan. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Perkembangan awal kemampuan kognitif, sosial, minat, dan bakat anak sangat dipengaruhi oleh dukungan lingkungan pendidikan dasar di mana ia berada.
Saya biasa memetakan persiapan memilih sekolah dasar menjadi tiga bagian: sebelum memilih, saat memilih, setelah memilih.
SEBELUM MEMILIH
Tujuan Pendidikan
- Hal pertama yang perlu dijawab secara jelas oleh orang tua sebelum memilih sekolah adalah “apa tujuan pendidikan untukku sebagai orang tua?”. Tidak perlu terburu-buru menjawab. Gunakan waktu untuk merenung, observasi minat anak, dan membaca buku-buku tentang perbedaan sistem pendidikan di berbagai negara. Penting untuk mengetahui tujuan pendidikan untuk orang tua karena hal ini akan membuat orang tua menyadari ekspektasi terhadap sekolah, pendidik, dan anak mereka sendiri. Buat saya personal, saat ini tujuan pendidikan bagi saya adalah membuat anak mau menjadi seorang pembelajar seumur hidup. Anak menyenangi kegiatan membaca, bertanya, mencoba, dan tidak ragu memperbaiki kesalahan yang diperbuat dalam proses belajar. Tentu tujuan ini bisa berbeda untuk tiap orang tua. Ada orang tua yang meyakini bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membentuk anak yang agamis dan berpegangan teguh pada agama tertentu. Ada pula orang tua yang melihat pendidikan sebagai sarana pembentukan skill tertentu yang disenangi anak. Yang perlu diingat, tujuan pendidikan ini adalah sesuatu yang sifatnya jangka panjang dan menetap pada diri anak sebagai bekalnya menjadi manusia yang cerdas dan berdaya. Sebagaimana pendidikan itu sendiri, yang menjadi investasi jangka panjang dan memerlukan proses dalam waktu yang lama. Jadi, tujuan pendidikan itu tidak bisa terjadi dalam hitungan hari. Jangan heran, jika seorang anak yang pemalu memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menjadi anak yang percaya diri berkomunikasi di depan orang banyak.
Ekspektasi
- Setelah meyakini tujuan pendidikan yang diinginkan, akan lebih mudah bagi orang tua membuat daftar ekspektasi. Sebagai contoh, saya yang memiliki ingin anak kelak menjadi seorang pembelajar seumur hidup yang aktif bertanya, percaya diri, dan komunikatif. Maka, ekspektasi saya adalah anak saya bisa mahir berkomunikasi dan berbahasa Inggris setelah lulus dari sekolah dasar. Contoh lainnya, orang tua yang menginginkan agama menjadi landasan pendidikan anak, mungkin memiliki ekspektasi anak sebagai penghafal Al-qur’an. Yang jelas, ekspektasi yang jelas akan memudahkan orang tua memilih sistem sekolah seperti apa yang bisa memenuhi ekspektasinya tersebut. Sebagai catatan, tidak jarang saya menemui orang tua yang memutuskan memindahkan anaknya ke sekolah lain di tengah jenjang sekolah dasar karena tidak cocok dengan visi misi atau program sekolah. Perbedaan antara ekspektasi yang dimiliki orang tua dan sumber daya yang sekolah miliki tidak jarang baru disadari ketika anak sudah belajar beberapa tahun di sekolah tersebut. Jujur terhadap ekspektasi pribadi, namun yang perlu diingat juga adalah apakah ekspektasi tersebut demi kepentingan anak atau orang tua semata. Jangan sampai ekspektasi tersebut hanya terkait gengsi ingin mendapatkan sekolah dengan nama baik yang dikenal luas, tapi memiliki program yang berbeda dengan ekspektasi sesungguhnya orang tua. Namun, orang tua perlu menyadari bahwa tidak ada sekolah yang sempurna dan bisa menjawab semua kebutuhan anak. Setiap sekolah memiliki kekurangannya masing-masing. Entah itu di SDM, fasilitas, atau interaksi di dalamnya. Jangan sampai ekspektasi orang tua tidak masuk akal sehingga menganggap sekolah adalah sebuah instansi sempurna yang tidak memiliki kekurangan.
Kerja Sama sebagai Acuan
- Memiliki mindset sebagai tim dengan guru dan sekolah perlu dimiliki oleh orang tua. Jangan sampai, sejak awal orang tua berpikir bahwa tugasnya selesai ketika sudah memilihkan sekolah. Padahal, tugasnya baru saja dimulai. Percayalah bahwa selain faktor internal seperti kecerdasan dan motivasi belajar anak, salah satu faktor penting yang mempengaruhi performa dan prestasi anak adalah bagaimana kerja sama antara orang tua dengan guru, terutama wali kelas. Pandangan bahwa orang tua dan wali kelas adalah partner pendidikan membuat komunikasi dua arah lebih mudah terjalin. Selama lima tahun bekerja di dunia pendidikan, saya menemui berbagai macam karakter orang tua. Salah satunya ialah yang menganggap bahwa pendidikan sepenuhnya merupakan tanggung jawab guru di sekolah. Sehingga, jika anak mengalami kesulitan dalam belajar dan bersosialisasi, solusi sepenuhnya dibebankan ke guru. Menurut saya, pilihlah sekolah yang memiliki sistem komunikasi yang jelas dan aktif, misalnya buku komunikasi guru dan orang tua yang bisa digunakan setiap hari. Kini, banyak guru dan orang tua yang telah memanfaatkan grup whatsapp untuk berkomunikasi secara rutin di jam yang disepakati bersama.
SAAT MEMILIH
Memiliki Teman Diskusi yang Dipercaya
- Sebaiknya, kegiatan memilih sekolah tidak dilakukan sendirian. Beruntung bagi pasangan orang tua yang bisa sama-sama meluangkan waktunya dan berdiskusi menentukan pilihan sekolah yang menarik hati. Namun, jika salah satu orang tua tidak bisa meluangkan waktunya, baiknya tetap ada partner diskusi seperti nenek, kakek, atau teman yang memiliki pengalaman lebih dulu dalam menentukan sekolah yang baik. Saya pernah menemui orang tua yang tidak satu suara dalam menentukan sekolah dasar untuk sang anak. Si ayah ingin sekali anak sekolah di SD X. Setelah duduk di bangku kelas 3, barulah saya paham kenapa Ibu anak ini sering sekali melontarkan kritik untuk sistem atau program besar sekolah yang tidak bisa lagi diganggu gugat. Ternyata, lepas dari jenjang TK, sang Ibu memiliki preferensi sekolah lain yang memiliki program yang sesuai dengan keinginannya. Memiliki partner diskusi juga membuat diskusi berjalan lebih objektif. Bisa saja, karena sudah terlanjur tertarik dengan satu sekolah, pilihan baik lainnya menjadi tidak terlihat.
Pilih yang Sesuai Kondisi Keuangan
- Salah satu alasan kenapa riset sekolah dasar perlu dilakukan jauh-jauh hari adalah karena orang tua bisa mempersiapkan biaya pendidikan yang tidak sedikit jumlahnya. Jangan heran, jika menyekolahkan anak di jenjang SD membutuhkan biaya yang besar. Jika orang tua mau menyekolahkan anak di sekolah negeri, tetap pertimbangan biaya lain yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan sehari-sehari. Berapa biaya laptop, kegiatan study tour setiap tahun, dan ekstrakurikuler. Tahu besaran biaya sekolah-sekolah incaran membuat orang tua bisa menentukan dari awal sekolah mana saja yang masih mungkin dipilih. Eliminasi pilihan yang tidak cocok dengan kondisi keuangan keluarga. Buat daftar minimal lima sekolah prioritas dengan biaya yang masih sesuai dengan dompet orang tua. Urutkan dari yang paling diminati. Di akhir proses riset, coba cocokan kembali apakah urutan ini masih sama atau berubah.
Melibatkan Anak
- Libatkan anak dalam proses memilih. Orang tua bisa mengajak anak untuk datang ke acara open house sekolah incaran. Ajak anak untuk berkeliling sekolah. Lihat bagaimana kondisi kelasnya dan sekolah secara umum. Apakah dia nyaman dengan setting ruang kelas, apakah halaman sekolah cukup lapang untukku. Saya pernah menemui anak yang terkesan dengan perpustakaan sebuah sekolah. Sebagai anak yang suka membaca, koleksi buku yang dimiliki sekolah membuat matanya berbinar-binar. Orang tua tidak ragu memasukkannya ke sekolah pilihan bersama ini. Ada pula anak yang terpukau melihat ruang robotik yang dimiliki sekolah. Dia meminta orang tuanya memasukkannya ke sekolah ini karena terbayang sudah waktu-waktunya di sekolah akan dihabiskan di ruangan ini membuat berbagai robot keinginannya. Sebaiknya, opini sang anak ikut dipertimbangkan. Akan lebih menyenangkan untuk sang anak jika dia bisa sekolah di tempat yang menarik perhatiannya.
Ikut Trial Days
- Salah satu kelebihan beberapa sekolah swasta dibandingkan sekolah negeri adalah adalah masa uji coba atau sit in. Siswa dapat merasakan bagaimana proses pembelajaran di sekolah-sekolah tersebut selama seharian. Beberapa sekolah bahwa menyediakan masa sit in selama satu pekan. Tujuannya agar anak benar-benar yakin mau bersekolah di sekolah tersebut. Sayangnya, tidak semua sekolah memiliki program ini. Padahal, menurut saya, sosialisasi dan trial days idealnya dilakukan semua sekolah, baik negeri, maupun swasta. Manfaatkan kegiatan ini untuk menggali apa kesan dan pendapat anak.
Membawa Catatan
- Bawa daftar list pertanyaan saat berkunjung ke sekolah. Hal ini agar orang tua tidak melewatkan satu hal pun untuk ditanyakan. Kalau bisa, ngobrol langsung dengan kepala sekolah atau guru kelas. Saya juga akan tampilkan lembar riset sekolah dasar yang bisa dicetak (printable) di bagian MEDIA BELAJAR ANAK. Silahkan bagikan juga lembar ini ke teman-teman yang membutuhkan. Namun, saya ingin menjelaskan beberapa hal penting di dalamnya:
- Saya buat respon jawaban dalam bentuk skala likert, satu sampai lima, agar memudahkan orang tua ketika mengisi. Nilai angka akan memudahkan orang tua untuk membuat kalkulasi berapa nilai akhir dan melihat aspek mana yang menjadi kelebihan sekolah.
- Kolom kosong di samping pertanyaan dapat digunakan untuk mengisi hal unik yang membuat aspek tersebut bernilai tinggi atau rendah. Sebagai contoh, di sekolah X untuk pertanyaan kebersihan kelas, orang tua memberikan nilai lima, dengan tambahan info bahwa setiap hari anak-anak harus merapikan kelas bersama-sama sebelum pulang. Nilai untuk aspek ini tinggi karena kebersihan sekolah terjaga dan menjadi tanggung jawab siswa, bukan hanya pegawai kebersihan.
- Saya bagi dua bagian: observasi dan wawancara. Observasi digunakan untuk melihat hal-hal yang bisa diketahui setelah orang tua melakukan proses pengamatan. Seperti raut wajah para siswa, kebersihan toilet, suasana kelas. Wawancara digunakan untuk menanyakan hal-hal tak kasat mata dan memerlukan jawaban dari kepala sekolah atau guru, seperti kurikulum acuan, kegiatan pengembangan sdm sekolah, dan alur komunikasi guru dan orang tua.
- Mulai dari menanyakan hal-hal umum seperti kurikulum dan durasi belajar. Kemudian bertanyalah hal-hal spesifik seperti latar belakang pendidikan guru dan makanan apa saja yang dijual di kantin.
Menimbang Kekurangan
- Dengar semua masukan tentang sekolah incaran kita. Saya yakin bahwa informasi yang ingin tahu tidak semua ditampilkan di website sekolah atau presentasi saat open house. Terkadang, informasi lebih valid atau nyata ketika didapatkan dari orang tua yang lebih dulu memasukan anaknya ke sekolah tersebut. Jangan hanya mau mendengarkan bagian kelebihannya saja, coba gali apa kekurangan sekolah. Hal ini masih terkait ekspektasi yang saya sebutkan di awal. Mengetahui secara nyata kekurangan sekolah, akan memudahkan orang tua menentukan apakah kekurangan tersebut masih mendukung ekspektasi-ekspektasinya. Jika rasanya kurang enak di hati, sebaiknya segera hapus sekolah tersebut dari daftar sekolah impian orang tua.
SETELAH MEMILIH
Berhenti Membandingkan
- Tahun pertama di sekolah dasar biasanya digunakan oleh orang tua untuk masa adaptasi. Bukan hanya anak, orang tua juga perlu beradaptasi dengan kebiasaan, tuntutan, dan budaya tertentu yang dimiliki sekolah. Biasanya, di tahun kedua dan seterusnya, orang tua baru memahami secara langsung apa saja kekurangan-kekurangan yang dimiliki guru atau sekolah. Tak jarang membandingkan sekolah anak dengan sekolah anak tetangga masih dilakukan orang tua. Ingat bahwa tidak ada sekolah yang sempurna. Tidak ada pula sekolah yang bisa memenuhi keinginan semua orang tua. Yang ada hanya sekolah yang sesuai dengan ekspektasi terpenting kita, dan memiliki kekurangan yang masih bisa diterima. Buang jauh-jauh rasa gengsi dan membandingkan kualitas sekolah semata karena merasa sekolah anak tetangga lebih dikenal dibanding sekolah anak sendiri.
Fokus pada Perkembangan Anak
- Kenapa saya anjurkan untuk stop membandingkan kelebihan dan kekurangan sekolah anak dengan sekolah lainnya, agar orang tua bisa lebih fokus memperhatikan bagaimana perkembangan anak-anaknya. Minta daftar target kompetensi dasar pada setiap jenjang ke wali kelas. Pahami kapan materi tersebut akan disampaikan. Misalnya, pada bulan Januari, kompetensi dasar matematika apa saja yang akan diajarkan oleh guru. Orang tua perlu mengamati apakah kompetensi tersebut sudah tercapai atau belum oleh siswa. Saran saya, evaluasi dilakukan dalam waktu jarak pendek, seperti mingguan atau bulanan. Tidak perlu menunggu jadwal pembagian rapot dulu untuk tahu apakah anak sudah menguasai target kompetensi atau belum.